Sidik Jari Kuno 43 Ribu Tahun Ditemukan pada Batu Granit

Jun 1, 2025 - 23:27
Sidik Jari Kuno 43 Ribu Tahun Ditemukan pada Batu Granit
Sidik Jari Kuno 43 Ribu Tahun

Jakarta - Sebuah penelitian mengungkap sidik jari manusia purba Berumur sekitar 43 ribu tahun, sidik jari itu ditemukan terpatri pada batu kerikil granit. Ada tanda berwarna merah pada batu dengan dimensi 21,4 cm x 11,3 cm x 7,6 cm ini, yang mengandung banyak mineral kuarsa.

“Kerikil yang ditemukan di San Lázaro rock-shelter (Segovia, Spanyol Tengah) adalah objek non-utilitarian tertua yang dikenal dengan sidik jari yang ada di Eropa," sebagaimana dicatat dalam bagian tersebut. abstrak artikel ilmiah yang terbit di jurnal Archaeological and Anthropological yang terbit pada Sabtu (24/05/2025).

Riset ini dikemas dalam jurnal ilmiah bertajuk Lebih dari sebuah sidik jari pada batu: Objek berwarna dengan tanda di gua San Lázaro dalam konteks perilaku simbolis Neandertal Studi ini pun menunjukkan tentang cara perilaku simbolis dari Homo Neanderthal yang merupakan makhluk purbakala serta kecakapan otak mereka pada masa tersebut.

Spesies Homo Neanderthal pertamakali ditemukan di lembah bernama Neander, Jerman. Lokasi situs San Lázaro rock shelter Terletak di pusat Semenanjung Iberia di daerah lembah Sungai Eresma. Lokasi tersebut terbentuk sebagai area kars dengan pengembangan pada batu gamping dolomit.

Area ini hanya berjarak kurang dari 400 meter dari tempat-tempat Mousterian serupa yang pernah menunjukkan kegiatan manusia antara 44 hingga 41 ribu tahun silam, seperti ditemukan di Abrigo del Molino. rock-shelter dan Abrigo del Molino superior.

“Bukti pendudukan paleolitik oleh Homo sapiens Belum terdapat pada website itu, yang menggarisbawahi keberadaan Neanderthal yang signifikan di lembah tersebut selama Marine Isotope Stage 3 (sekitar 60 ribu hingga 30ribu tahun yang lampau)," demikian tertulis dalam jurnal ilmiah tersebut.

Objek batu yang diteliti berasal dari lapisan level H, salah satu dari 16 lapisan litostratigrafi pada lokasi situs tersebut. Usia lapisan tanah itu berusia sekitar 43 ribu hingga 42.300 tahun.

Penemuan batu bersidik jari tersebut pada Juli 2022 dalam masa eskavasi pada 2021 hingga 2023. Selanjutnya tim peneliti melakukan analisis mendalam, termasuk dengan pemindaian dan analisis bentuk sidik jari.

Berdasarkan temuan para ahli, jejak jemari yang ditemukan di area berlabel oker – setelah dilakukan pemeriksaan spektrum ganda tanpa keragu-raguan diketahui berasal dari seorang Homo Neanderthal, spesies manusia yang pernah tinggal di Eropa saat itu. Indikasi warna merah tersebut diyakini mewakili pola serupa sidik jari dan bisa jadi merupakan bagian dari telapak tangan lelaki dewasa.

Berdasarkan temuan pengenalan, oker merah tersebut adalah zat warna asli yang memiliki kandungan oksida besi serta mineral tanah liat. Strukturnya terdiri dari lingkaran kecil dan ditemukan di sebuah batu saja. Penelitian lebih lanjut dilakukan menggunakan analisis multispektral dengan cahaya ultraviolet (UV). reflectography menampilkan jalur-jalur kekuningan (puncak gunung) serta jalur-jalin berwarna putih (lembah) yang cenderung sejajar.

"Ukuran rata-rata dari garis merah itu adalah 0,48 milimeter, dengan batas terendah sebesar 0,39 milimeter dan tertinggi mencapai 0,61 milimeter," demikian disebutkan dalam penulisan artikel saintifik tersebut.

Kecurigaan semakin meningkat tentang kemungkinan garis-garis tersebut berasal dari sidik jari karena adanya perumpamaan dengan pola sidik jari modern. 

Para ilmuwan dalam tim tersebut juga melakukan pemerusan dengan database kepolisian dan mendapatkan hasil bahwa detail mikroskopis yang ditemukan sesuai dengan bagian ujung jari (falanges distalis) atau telapak tangan.

Rombongan para peneliti menduga bahwa lapisan oksida berwarna merah pada bebatuan tersebut disengaja dicetak dengan menekan ataupun menyapukan menggunakan jemari tangan.

Di samping itu, Homo Neanderthal menginterpretasi benda-benda ini sebagai bentuk simbol visulis atau bisa juga dipandang sebagai jenis kesenian portable dari sudut pandang ilmu sejarah purba.

Hal ini mencerminkan kemampuan otak manusia untuk melakukan representasi mental, membentuk imajinasi, merealisasikan ide-ide serta mentransfer pemikiran mereka ke dalam suatu wujud fisik.

Menurut tim peneliti, ini juga merupakan salah satu data terkait sidik jari Neanderthal yang paling tua dan masih melekat dengan pigmen yang pernah ditemukan.