Penelitian Ungkap Korelasi Positif Bertambahnya Warung Rokok Konvensional Dengan Meningkatnya Jumlah Perokok Anak

Jakarta - Meningkatnya konsumsi rokok di kalangan anak dan remaja di Indonesia membutuhkan perhatian khusus mengingat dampat buruk terhadap kesehatan jangka panjang.
Fenomena itu disinyalir dikarenakan mudahnya akses untuk mendapatkan atau membeli rokok di warung-warung konvensional.
Data Global Youth Tobacco Survey menunjukkan anak usia 13-15 tahun (pelajar SMP) dapat dengan mudah membeli rokok. Sebanyak 76 persen anak membeli di toko, warung, penjual di jalanan dan kios. Selanjutnya 71,3 persen membeli rokok secara batangan (ketengan), dan 60,6 persen tidak dicegah membeli atas dasar usianya.
Penelitian oleh Risky Kusuma Hartono dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (OKJS) Universitas Indonesia mengungkap bahwa ada korelasi positif antara meningkatnya jumlah perokok anak dengan penambahan jumlah warung konvensional yang menjual rokok secara bebas kepada anak-anak.
Penelitiannya tentang peningkatan jumlah warung rokok konvensional di wilayah Malang, Bogor dan Medan dari tahun 2015 hingga 2022 mengalami peningkatan sekitar 30 persen.
Kenaikan titik penjualan rokok baik konvensional maupun elektronik memiliki dampak luar biasa.
Dampaknya antara lain yang diungkap oleh Rizky adalah, mengurangi efektifitas prevelensi rokok, munculnya perokok anak yang baru, mereka yang mencoba berhenti merokok akan gagal dan akan berperilaku merokok kembali, dan orang sudah berniat untuk berhenti merokok akan kembali ke kebiasaannya saat tinggal di dekat lokasi penjualan rokok. Hal ini terbukti di seluruh negara.
Dalam penelitiannya, Rizky juga menemukan semacam dependensi spasial di mana ketika ada satu warung membuka atau berjualan rokok, maka akan memicu orang-orang di sekitarnya membuka warung dengan penjualan yang sama yaitu rokok.
“Ketika kita mencari titik-titik lokasinya atau banyak di mana, ini banyak di sekitar sekolah, di sekitar perrkantoran, pasar dan daerah perbatasan. Teknik marketingnya, cara ketengan Rp. 1.500 per batang dan yang tidak kalah penting bisa dibeli secara berutang, anak-anak diperbolehkan untuk membeli, ada yang beli satu gratis satu,” ujarnya.