Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Resmi Beroperasi di Karawang

Karawang - Pabrik ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) resmi beroperasi di Indonesia. Peresmian pabrik di Karawang, Jawa Barat, dilakukan pada Rabu (03/07/2024) oleh pemerintah RI dan konsorsium dari Korea Selatan (Korsel), yakni Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution.
Pabrik sel baterai pertama ini dioperasikan oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Berlokasi di Karawang, Jawa Barat, pabrik ini mulai produksi komersial baterai kendaraan listrik pada April 2024.
Euisun Chung, Executive Chairman Hyundai Motor Group, menyampaikan kebanggaannya atas penyelesaian pabrik sel baterai di Indonesia. Menurutnya, ini merupakan bukti kemajuan dan kekuatan kemitraan bersama.
"Yang paling penting, ini mengkonfirmasi bahwa dengan bekerja sama, Hyundai Motor Group dan Indonesia membentuk masa depan ekosistem EV bukan hanya di Asia Tenggara tetapi juga di seluruh dunia," ungkap Euisun Chung dalam peresmian di Karawang, Jawa Barat, Rabu (03/07/2024).
Menurut International Energy Agency, lebih dari separuh penjualan mobil global akan beralih menjadi mobil listrik pada tahun 2035. Saat ini, Indonesia berada di pusat masa depan tersebut lebih dari sebelumnya.
"Hyundai Motor Group yakin bahwa aktivasi industri kendaraan listrik di Indonesia akan memberikan peluang ekonomi baru bagi seluruh Asia Tenggara," ungkapnya.
Euisun juga menyebut bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan target untuk memproduksi 600.000 kendaraan listrik di dalam negeri hingga tahun 2030.
"Saya berpikir target ini sangat wajar. Negara ini adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara. Kendaraan yang diproduksi dan dijual di sini menjadi standar untuk seluruh wilayah di kawasan Asia Tenggara dengan 700 juta pelanggan potensial. Dan sumber daya mineral di negara ini, seperti besi dan nikel, adalah komponen penting dari baterai yang akan menggerakkan jutaan kendaraan listrik di seluruh dunia," terang Euisun.
Presiden Jokowi dalam sambutannya menambahkan, "Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tapi puluhan tahun kita hanya ekspor bahan mentah tanpa nilai tambah, tapi material kita semakin hari semakin habis. Dengan dibangunnya smelter, pabrik sel baterai kendaraan listrik, kita akan menjadi pemain global yang penting dalam global supply chains untuk kendaraan listrik."
Jokowi juga menekankan pentingnya Indonesia menjadi pemain global dalam supply chains kendaraan listrik.
"Satu ini sudah dimulai dan ini merupakan pabrik yang pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Saya yakin bahwa kompetisi kita dengan negara lain akan kita menangkan, tambang ada di sini, nikel di sini, bauksit di sini, tembaga di sini, ada smelter, masuk ke katoda dan prekursor kemudian masuk ke baterai, kemudian pabrik mobil ada di sini, terintegrasi untuk mobil listrik, siapa yang bisa menghadang kita kalau kondisinya seperti itu," tandas Jokowi.
PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC). Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada 28 Juli 2021.
Pada fase pertama, PT HLI menyerap investasi sebesar US$ 1,1 miliar dan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan listrik. Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh.
Pertama di Dunia
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki ekosistem pembuatan mobil listrik terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Setelah kami diskusi, kami tanya apakah di dunia sudah ada? belum, membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai ke mobil, ternyata belum ada dan kita Indonesia yang pertama untuk melakukan hal ini," kata Bahlil dalam sambutannya.
Bahlil menyebut nilai investasi untuk pembangunan pabrik baterai ini mencapai US$ 1,2 - 1,5 miliar, yang akan dilanjutkan lagi pada tahun kedua dengan nilai investasi mencapai US$ 2 miliar.
Bahlil juga berterima kasih kepada pihak Korea Selatan yang telah berani melakukan eksekusi pendirian pabrik baterai listrik ini. Nilai investasi dari Korea Selatan dalam kurun 5 tahun terakhir sejak 2019 sampai kuartal I-2024 mencapai US$ 14 miliar atau Rp 200 triliun lebih.
Adapun khusus Hyundai, menurut Bahlil, nilai akumulasi investasinya mencapai US$ 11 miliar - 12 miliar baik untuk pabrik baterai listrik hingga mobil listrik. "Ini adalah investasi terbesar satu ekosistem yang ada di Indonesia secara khusus ekosistem baterai yang bisa dilihat," kata Bahlil.