Neraca Perdagangan Indonesia Diproyeksikan Terus Surplus Namun Tidak Berkualitas
Jakarta - Surplus neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan akan terus berlanjut sejak September 2024. Namun fenomena itu akan kembali menyusut dan cenderung tidak berkualitas.
“Neraca perdagangan kita meski surplus, kemungkinan akan terus berlanjut tapi menyusut. Perkiraannya surplus mencapai US$ 2,5 miliar hingga US$ 2,6 miliar,” ungkap ekonom, Bhima dalam Media Briefing Celios, Senin (14/10/2024).
Bhima menjelaskan surplus tersebut sebenarnya hanyalah dibantu oleh berkurangnya kuantitas impor terutama komoditas bahan baku. Penurunan tersebut terjadi karena tekanan yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini.
“Bahkan tekanan itu kembali menguat pascapandemi dari sisi jumlah pendapatan masyarakat yang bisa dibelanjakan. Itu konsisten mengalami penurunan,” tambah Bhima.
Jadi bisa dikatakan surplus perdagangan Indonesia sesungguhnya menjadi tidak berkualitas.
Surplus yang paling bagus jika impor bahan baku industri dapat ditekan dan ekspor industri juga meningkat. Hal itu didorong adanya penggunaan bahan baku domestik.
“Itu tidak terjadi di Indonesia dalam 10 tahun,” kata Bhima.
Angka PMI manufaktur di Indonesia juga masih dibawah ekspansi. PMI Manufaktur merupakan indikator terkait dengan arah tren ekonomi di sektor manufaktur dan jasa.
“Jadi surplus perdagangan tidak ditopang oleh surplus perdagangan yang sehat. Surplus yang sehat, ekspor industrinya bakal meningkat, meski ada kenaikan dari sisi impor bahan baku,” lanjutnya.