Jaga Stok Cadangan, Pemerintah Kembali Impor Gula

Jakarta - Walaupun tidak kekurangan produksi gula, pemerintah memutuskan akan impor gula di tahun ini.
Keputusan tersebut berdasarkan Rakortas di Kementerian Koordinasi Bidang Pangan, Jakarta pada Rabu (12/2/2025) untuk menjaga stok cadangan pangan pemerintah (CPP) terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan bahwa kuota impor yang dibuka adalah untuk jenis gula mentah (raw sugar) dan bukan bentuk gula konsumsi (gula kristal putih).
"Importasi bukan dalam bentuk GKP (gula kristal putih), tidak langsung begitu. Yang jadi catatan adalah importasi yang dilakukan ini hanya untuk CPP. Kita mau menaikkan stok level yang dipegang pemerintah. Bukan karena kekurangan produksi, karena kita masih cukup sekitar 4 sampai 5 bulan. Namun kita tidak boleh ambil risiko untuk CPP," jelasnya dalam keterangan resmi.
Arief mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan harga gula mulai menaik dan berpotensi berkontribusi inflasi 1,4 persen.
"Kita bicara untuk peningkatan CPP, karena CPP gula ini perlu. Tadi harga gula dilaporkan BPS, harganya mulai bergerak naik. Kontribusi inflasinya 1,4 persen, sehingga kita semua memerlukan tambahan berupa raw sugar yang nanti akan diproses untuk CPP," tambahnya.
Data dari BPS juga menyebutkan hingga pekan pertama Februari 2025 terjadi kenaikan jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula konsumsi. Sebelumnya pada minggu ketiga Januari 2025 ada 118 kabupaten/kota. Jumlahnya juga semakin bertambah menjadi 153 kabupaten/kota di minggu kelima Januari 2025.
"Jumlah 200 ribu ton raw sugar itu di bawah kebutuhan konsumsi sebulan. Kita coba sesuaikan karena kita juga harus tahu harga gula dunia dan currency rate, itu jadi pertimbangan. Tetapi yang jelas pemerintah harus punya cadangan pangan dan itu harus dikuasai oleh BUMN," sebut Arief.
Namun, kebijakan impor tersebut juga membutuhkan proses karena Arief kembali menekankan stok gula saat ini masih cukup. Pemerintah juga perlu mengetahui stok yang dikuasai sehingga bisa melakukan intervensi.
"Penugasannya nanti kita akan bersurat kepada Menteri BUMN dan kita akan diskusikan ya. Kalau surat untuk Rakortas hari ini (12/2/2025) tadi dari Kementerian Pertanian. Kita coba proses, ini tidak instan juga. Tapi yang jelas hari ini stok gula kita cukup. Lalu berapa stok yang dikuasai oleh pemerintah itu menjadi penting, supaya pemerintah bisa leluasa intervensi," terangnya.
Arief kemudian menjamin bahwa impor gula tidak akan menggangu harga tebu petani dalam negeri.
"Nah yang harus dijamin adalah harga di tingkat petani, karena petani akan mulai panen di April, Mei, Juni. Kemudian raw sugar itu akan murah biayanya pada saat gilingnya bersamaan dengan panen. Itu pertimbangannya. Sekitar 200 ribu ton raw sugar, datangnya tahun ini secara bertahap. Tapi jaminannya, jangan sampai petani harganya jatuh," tegas Arief.
"Langkah pengadaan raw sugar atau Gula Kristal Mentah (GKM) dari luar Indonesia, diambil dengan menjamin tidak memberikan dampak ke petani, terutama saat panen," sambungnya.