Belalang Sebagai Alternatif Menu Makanan Bergizi Gratis

Jakarta - Belalang mulai digadang-gadang sebagai alternatif protein dalam menu makan bergizi gratis. Badan Gizi Nasional mengusulkan pendekatan ini di daerah-daerah yang telah terbiasa mengonsumsi serangga, seperti belalang dan ulat sagu, sebagai upaya menyediakan pangan bergizi yang sesuai dengan kebiasaan lokal.
Namun, apakah aman menjadikan belalang sebagai sumber protein dalam menu bergizi?
Dokter Spesialis Gizi dari Rumah Sakit Melinda Bandung, Johannes C. Chandrawinata, menyebut belalang merupakan alternatif pangan yang kaya protein dan lemak sehat.
"Belalang bisa menjadi alternatif pangan tinggi protein dan tinggi lemak. Pada berbagai kebudayaan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, termasuk Eropa dan Amerika, belalang telah lama dikonsumsi," kata Johannes kepada CNNIndonesia.com, Minggu (26/01/20225).
Ia menjelaskan bahwa sekitar 2 miliar orang di dunia mengonsumsi serangga setiap hari, dengan lebih dari 2.000 spesies belalang yang layak dikonsumsi.
Kandungan Gizi Serangga
Johannes merinci kandungan gizi serangga:
- Jangkrik (100 gram mentah): 460 kalori, 18,5 gram lemak, 69 gram protein
- Belalang (100 gram mentah): 560 kalori, 38 gram lemak, 48 gram protein
Sebagai perbandingan, daging sapi per 100 gram mengandung 250 kalori, 15 gram lemak, dan 26 gram protein, sementara telur rebus mengandung 155 kalori, 11 gram lemak, dan 13 gram protein.
"Dengan kandungan gizi yang tinggi, serangga menjadi pilihan sumber protein hewani yang lebih efisien dan ramah lingkungan," ujarnya.
Perhatian pada Preferensi dan Alergi
Meski kaya nutrisi, Johannes mengingatkan bahwa serangga mungkin tidak disukai semua anak. Selain itu, risiko alergi harus diperhatikan, terutama bagi anak-anak yang alergi terhadap udang, karena kemungkinan reaksi silang terhadap protein serangga.
Spesialis gizi dari RSCM, Inge Permadi, menambahkan bahwa meskipun belalang dan ulat sagu merupakan sumber protein yang baik, penting untuk mencantumkan informasi yang jelas pada makanan berbahan serangga. Hal ini bertujuan untuk membantu individu yang memiliki alergi menghindari makanan tersebut.
"Ada beberapa orang yang alergi terhadap protein dari belalang atau ulat sagu, mirip dengan alergi terhadap telur. Informasi ini penting agar konsumen bisa berhati-hati," tutur Inge.
Pendekatan ini dinilai berpotensi menjadi solusi inovatif untuk kebutuhan pangan bergizi, asalkan pertimbangan terhadap selera dan alergi masyarakat diperhatikan.